Metro, 9 Mei 2025 — Dinas Kesehatan Kota Metro menunjukkan respons cepat dan sigap dalam menanggapi laporan dugaan keracunan pangan yang terjadi di SDN 7 Metro Pusat pada Jumat pagi. Sebanyak 12 siswa kelas 3B mengalami gejala mual dan muntah usai mengonsumsi makanan dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG) dan jajanan dari kantin sekolah.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Metro, Dr. Eko Hendro Saputra, ST., M.Kes, mengatakan bahwa begitu menerima laporan, pihaknya langsung menggerakkan tim tanggap yang terdiri dari Puskesmas Yosomulyo, Subtansi Surveilans, dan Subtansi Kesehatan Lingkungan.
“Kami mengedepankan deteksi cepat dan lintas koordinasi. Tim surveilans bergerak untuk penyelidikan epidemiologi, tim kesehatan lingkungan melakukan pengawasan makanan, dan Puskesmas Yosomulyo langsung terjun memberikan layanan medis kepada siswa yang bergejala,” ujar Dr. Eko.
Peristiwa bermula sekitar pukul 09.00 WIB, ketika siswa kelas 3B mulai mengonsumsi menu MBG yang terdiri dari nasi goreng, telur orak-arik, acar timun, buah semangka, dan susu kotak. Tidak lama kemudian, satu siswa mengeluhkan mual dan muntah, diikuti oleh 11 siswa lainnya. Beberapa dari mereka juga diketahui sebelumnya membeli jajanan dari kantin sekolah seperti sosis tusuk, cilung, permen jeli, cimol, dan es teh.

Meski demikian, dari total 316 siswa penerima MBG, hanya 12 siswa dari satu kelas yang menunjukkan gejala. Mayoritas siswa mengaku merasa mual setelah mencium bau muntahan temannya, yang diduga memicu reaksi psikologis berantai.
Puskesmas Yosomulyo menjadi unit pertama yang melakukan tindakan cepat di lokasi. Tim medis langsung memeriksa kondisi anak-anak dan memberikan penanganan awal berupa obat anti mual (domperidon). Seluruh anak dalam kondisi umum yang baik dan tidak ditemukan gejala berat.
Sementara itu, Tim Subtansi Surveilans melakukan penyelidikan epidemiologi guna menelusuri pola gejala dan potensi penyebab. Subtansi Kesehatan Lingkungan yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan keamanan pangan, termasuk memeriksa jajanan sekolah dan sistem penyajian MBG langsung memberikan edukasi kepada pihak sekolah.
“Kami pastikan seluruh mekanisme respon berjalan sesuai protokol. Sampel makanan MBG juga sudah disimpan di bank sampel pangan di SPPG MBG Metro Pusat 1 untuk pemantauan lanjutan,” tambah Dr. Eko.
Hingga saat ini, kejadian ini belum mengarah pada Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan. Tim Dinas Kesehatan masih terus melakukan pemantauan dan edukasi kepada pihak sekolah agar pengawasan makanan lebih ketat, baik dari MBG maupun kantin.
“Kami bersyukur respons cepat tim kami dapat meredam kekhawatiran. Ini bukti sinergi antara layanan kesehatan primer dan Dinas Kesehatan berjalan efektif,” tutup Dr. Eko.
Kontributor Liputan : Promkes_Dinkes Metro / E.Linda

