Metro, 8 Mei 2025 — Sebanyak 14 siswa SDN 10 Metro Timur dilarikan ke fasilitas kesehatan setelah diduga mengalami keracunan pangan usai mengonsumsi susu kedelai yang dijual di lingkungan sekolah. Kejadian yang menggemparkan ini terjadi pada Kamis pagi (8/5), dan langsung mendapatkan respons cepat dari Dinas Kesehatan Kota Metro.
Dalam hitungan jam setelah laporan diterima, Kepala Dinas Kesehatan Kota Metro, Dr. Eko Hendro Saputra, ST., M.Kes, langsung menginstruksikan tim gabungan dari Subtansi Surveilans dan Subtansi Kesehatan Lingkungan untuk turun ke lokasi guna melakukan penyelidikan epidemiologi secara menyeluruh. Langkah cepat ini merupakan bentuk komitmen Dinas Kesehatan dalam perlindungan kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak sekolah dasar yang menjadi kelompok rentan.

Dalam proses penanganan awal, Dinas Kesehatan juga langsung berkoordinasi dengan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Lampung. Setelah dihubungi oleh tim Dinas Kesehatan, BPOM bergerak cepat dan langsung turun ke SDN 10 pada hari kejadian. Mereka secara langsung melakukan pengambilan sampel makanan dan minuman yang diduga menjadi sumber keracunan. Sampel yang diambil antara lain susu kedelai, es teh, cilor, bakso tusuk sambal, gorengan, hingga saus sambal.
Sampel-sampel tersebut kini tengah melalui proses uji laboratorium di BPOM untuk mengetahui kandungan bahan, kemungkinan kontaminasi, serta faktor lain yang bisa menyebabkan keracunan.
Subtansi Surveilans bertanggung jawab dalam mengidentifikasi pola dan potensi sumber penyebab kejadian luar biasa (KLB), dengan melakukan wawancara terstruktur kepada siswa, guru, penjaga kantin, dan pihak terkait. Tim ini juga memverifikasi kronologi serta jumlah kasus untuk memastikan bahwa insiden tersebut memenuhi kriteria KLB.

Sementara itu, tim dari Subtansi Kesehatan Lingkungan berperan penting dalam pengambilan sampel makanan dan minuman yang beredar di lingkungan sekolah. Dalam kasus ini, sampel susu kedelai, es teh, cilor, bakso sambal, gorengan, dan saus sambal diambil untuk uji laboratorium. Semua sampel telah dikirim ke BPOM Provinsi Lampung untuk dianalisis lebih lanjut, guna memastikan apakah terjadi kontaminasi bakteri, cemaran kimia, atau penyimpangan dalam proses produksi dan penyajian.
Dr. Eko Hendro Saputra menegaskan bahwa penyelidikan epidemiologi ini tidak hanya bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab pasti keracunan, tetapi juga sebagai dasar penguatan pengawasan makanan jajanan di sekolah.
“Kami mendorong seluruh sekolah agar hanya menyediakan makanan dan minuman yang telah melalui proses verifikasi dan aman dikonsumsi. Dinas Kesehatan tidak akan tinggal diam bila ada risiko yang mengancam keselamatan anak-anak kita,” tegasnya.
Beliau juga menambahkan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap praktik penitipan makanan oleh wali murid yang tidak melalui pengawasan ketat. Kejadian ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kolaborasi antara Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan sekolah dalam memastikan keamanan pangan di lingkungan pendidikan.

Dinas Kesehatan juga memastikan bahwa seluruh siswa yang terdampak telah mendapatkan perawatan yang diperlukan, baik di Puskesmas maupun di RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro. Pemantauan kesehatan pasca-kejadian terus dilakukan oleh petugas surveilans lapangan.
Selain itu, tim kesehatan lingkungan akan melakukan pembinaan terhadap pihak sekolah dan kantin, serta mendorong penerapan standar kebersihan dan keamanan pangan yang lebih ketat.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa pengawasan makanan di sekolah tidak bisa dianggap sepele. Peran aktif dinas kesehatan, seperti yang ditunjukkan oleh Dinkes Kota Metro, sangat vital dalam memastikan lingkungan belajar yang aman dan sehat bagi generasi penerus bangsa. Penyelidikan epidemiologi yang cepat dan terkoordinasi menunjukkan bahwa tata kelola respons KLB di Kota Metro berjalan efektif, dan harus terus diperkuat ke depannya.
Kontributor Liputan : Promkes_Dinkes Metro/E.Linda

